Banjir yang melanda Jakarta pada tanggal 1 Januari 2020
yang merupakan salah satu musibah banjir terparah dalam beberapa tahun ini.
Banjir tersebut menurut Ahli Geospasial, Bintang Rahmat Wananda, curah hujan
yang tercatat di Halim melebihi rekor curah hujan harian kala ulang 1.000
tahun.
Padahal jika merujuk kurva Gumbel, diprediksi curah hujan
tertinggi maksimal hanya sampai 208 mm/hari. Hal ini menurut Bintang, ada dua
kemungkinan.
Kemungkinan pertama adalah akibat perubahan iklim.
Kedua, lantaran disebabkan adanya urban heat island atau
perubahan iklim lokal.
“Perubahan iklim lokal terjadi akibat udara panas yang
terperangkap dalam hutan beton suatu wilayah, dalam hal ini kota.
Sehingga lama kelamaan akan membentuk pola cuaca tertentu
yang berubah menjadi iklim lokal. Namun ini baru perkiraan saja. Perlu kajian
lebih mendalam,” ujar Bintang saat ditemui reporter Tirto, Senin, 6 Januari
2020.
Pada banjir kali ini pula, terdapat beberapa titik banjir
yang tidak terendam dalam banjir besar sebelumnya pada 2014, akan tetapi
terendam genangan pada tahun ini. Kami membaginya dalam tiga peta; peta sebaran
banjir 2014 yang berwarna biru, peta sebaran banjir 2020 yang berwarna merah
dan peta tumpang tindih (overlay) kedua tahun tersebut yang berwarna ungu yang berarti
di daerah tersebut terendam banjir baik 2014 maupun 2019. Namun, harus
diketahui peta tersebut hanya merepresentasikan kelurahan terdampak, bukan
titik banjir secara presisi. Hal ini lantaran dalam satu kelurahan ada RW yang
terendam banjir ada yang tidak, begitu pun dalam satu RW, tidak semua RT ikut terendam.
Dari peta ketiga tersebut terlihat titik baru pada 2020 seperti Kelurahan
Meruya, Joglo, Palmerah, Menteng, Karet Semanggi, Kuningan Timur, dan
lain-lain. Kendati demikian, beberapa daerah tersebut ada juga yang pernah
terendam banjir pada banjir-banjir sebelum 2014.
Untuk kronologis singkat terjadinya banjir adalah sebagai
berikut
yang disebabkan oleh banjir Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah warga Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) meninggal terdampak banjir hingga Senin
(6/1) mencapai angka 67 orang. Jumlah ini bertambah tujuh orang dibandingkan
sehari sebelumnya.
Dampak karena banjir adalah kerugian yang menimpa
masyarakat akibat kerusakan rumah, mobil maupun kehilangan barang berharga.
Kerugian tersebut masih ditambah dengan aktivitas ekonomi yang lumpuh akibat
banjir. Salah satunya, kerugian peritel di wilayah Jakarta bisa mencapai Rp 960
miliar akibat banjir pada Tahun Baru 2020.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul
"Catatan Nilai Kerugian Banjir Jakarta, Bisa untuk Bangun 19.381 Desa di
Indonesia",
Sumber :
https://www.kompas.com/tren/read/2020/01/03/162307665/catatan-nilai-kerugian-banjir-jakarta-bisa-untuk-bangun-19381-desa-di?page=all.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar